Pagi ini ia mengenakan gaun yang indah menari di tepi jalan, berlarian sambil bernyanyi. Hidupnya indah. Ia memiliki banyak kawan bermain sepeda berlarian, bermain petak umpat, dan melompat. Hidupnya indah. Ia hanya ungin bermain menghabiskan semua waktunya hanya untuk bersenang-senang, melakukan hobinya, menari. Hingga tiba ia menangis hanya untuk sebuah mainan, bukan mainan atau pengertian yang ia dapat. Ia melihat sebuah sandal memukulnya, dijejalkannya sandal itu dalam mulutnya. Tentu itu tidak membuatnya berhenti menangis. Itu membuatnya ingat bahwa ia tak layak untuk mendapatkan mainan apa-pun. Hal itu terulang dalam hidupnya beberapa kali. Tak hanya itu ia pun mendengar lengkingan amarah yang seharusnya tidak ia dengar di usianya yang masih begitu rapuh. Ia mulai masuk sekolah. Untuk pertama kalinya ia keluar dari dunia. Mengenal hal baru yang luar biasa akan ia dapatkan. Tidak ternyata ia salah. Ia keliru. Ia di tinggalkan di sekolah yang begitu luas, sendirian.